Di era digitalisasi seperti sekarang budaya lokal mulai hilang seiring perubahan gaya hidup masyarakat. Perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia menjadi tantangan pelestarian budaya. Media sosial telah menjadi lebih dari sekadar platform untuk berbagi momen dan berkomunikasi, Dari sudut pandang budaya, media sosial kini memegang peran penting sebagai alat pelestari budaya, Di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, masyarakat mulai sadar potensi media sosial dalam menjaga dan menghidupkan kembali tradisi yang mungkin telah lama hilang atau bahkan terlupakan.
Seiring berkembangnya teknologi, upaya untuk melestarikan budaya mengalami transformasi. Saat ini platform seperti Instagram dan TikTok dapat menjadi media untuk memperkenalkan dan mempromosikan budaya nusantara ke audiens global. Video tari tradisional, alat musik seria kuliner khas daerah dapat diakses di mana saja dan oleh siapa saja.
Tim KKNT Inovasi IPB mengusung program SMART (Social Media Awareness and Responsible Thinking) sebagai satu cara untuk turut melestarikan budaya Indonesia melalui media sosial. Program ini sebagai inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan bijak bermedia sosial serta mengajak siswa MTs dan MA Quwatul Iman melestarikan budaya.
Program kerja SMART mengusung mural sebagai simbol pelestarian budaya lewat media sosial. Pengerjaan mural di dinding depan lapangan upacara kurang lebih selesai dalam 10 hari. Yang awalnya hanya dinding biasa berwarna hijau, sekarang dinding tersebut menjadi lebih berwarna dan menyampaikan pesan.
“Mural ini menjadi ide yang bagus untuk mengingatkan siswa saya akan pentingnya kebudayaan lokal,” ujar Ibu Ida selaku Kepala Sekolah MA Quwatul Iman.
Setelah pengerjaan mural selesai, kegiatan sosialisasi kebudayaan Indonesia dilakukan selepas upacara bendera (29/07/2024) pukul 08.00 WIB. Sosialisasi diikuti oleh seluruh siswa-siswi MTs dan MA Quwatul Iman dengan antusias. Sosialisasi yang dipimpin oleh Nur Laila Fitriani dan Faisa Rafi’ memuat penjelasan pentingnya bijak media sosial dan bagaimana menyalurkan pelestarian budaya lewat media sosial. Banyak tips dan keuntungan pelestarian budaya yang dipaparkan. Pemaknaan mural juga dijelaskan seiring berjalannya sosialisasi.
Maka dari itu mahasiswa IPB University menekankan bahwa media sosial tak hanya sebagai jembatan komunikasi, tetapi juga sebagai benteng pelindung bagi kekayaan budaya yang kita miliki. Melalui inovasi dan kreativitas, media sosial membuka peluang baru untuk mengembangkan budaya lokal di tengah arus modernisasi. Para siswa MTS dan MA diharapkan dapat memastikan bahwa warisan budaya kita tetap hidup dan berkembang di masa depan.
Faisa Rafi’ dan Nur Laila Fitriani berharap mural ini bisa terjaga dengan baik dan memiliki makna bagi seluruh siswa. “Kami berharap siswa-siswi MTs dan MA Quwatul Iman dapat menangkap pesan dari mural ini dan dapat memaknai sebagaimana kami jelaskan dalam sosialisasi tadi. Semoga mural ini terjaga dengan baik dan utuh,” ujarnya.
Program SMART menjadi program kolaborasi antara sekolah dan mahasiswa yang menghasilkan dampak positif. Program ini berhasil mengajak siswa-siswi melestarikan budaya lokal dalam media sosial dibuktikan banyak dari mereka yang ber swafoto di depan mural dan membuat instagram stories.
.jpeg)
